Rss Feed


  1. Tapi aku sedang bahagia sekaligus rindu. Ada 2 tulisan yang hendak kubuat pagi-pagi buta ini. tubuh sudah begitu kelelahan karena kemarin seharian mengerjakan beberapa tulisan. Kucuri sedikit waktu istirahat untuk menjejakkan sedikit kenangan. Sedikit ulasan, entah akan jadi tulisan atau tidak, biar itu urusan masa depan.

    3 september 2013, salah satu momen paling spesial dalam hidup. Itulah tulisan yang ingin dibuat. Beberapa peristiwa rasanya menghidupkan lagi mesin imajinasi untuk berani bermimpi, untuk terus bertahan dengan mimpi ini. Aku bahagia, merasa selangkah lebih maju dari fase hidup sebulan yang lalu, setelah di akhir bulan aku dikritik habi-habisan. terima kasih kepada kawan, di jurang ini aku menemukan alasan untuk bangkit kembali. Terima kasih kepada kawan, di jurang ini kau berikan aku kesabaran.

    Lewat sedikit tengah malam, sementara seluruh anak kontrakan sedang bercengkrama di beranda, sebuah lagu lama membangkitkan kerinduan kepada rumah. “Bang Iwan, Rinduku Tebal”, judulnya. Rinduku setebal awan legam di musim penghujan. Gelap, aku tak melihat jalan pulang. Ini soal mengingat ayah, apakah aku sudah mencoreng nama keluarga. Bang Iwan, aku selalu mengenang ayahku dalam perjalanan. Tentang ibuku, yang selalu menangis dalam hati saat bercanda denganku dari kejauhan. Saat aku memandang sawah, rumah, dan pertokoan, ingatanku seluruhnya tersangkut disana. Berceceran. Tak ada lagi yang tersisa untuk dibawa pulang. Hanya kesan kerinduan yang acapkali mendesak tangisan. Getir, tapi itu begitulah hidup harus ditahan.

    Seluruh kebahagian dan seluruh kerinduan. Paradoksa kehidupan. Leburan tak mampu menyimpulkan bagaimana kebenaran harus diungkapkan. Campur aduk seperti reaksi kimia dalam percobaan. Mungkin gagal, mungkin berhasil, setidaknya terus mencari jalan.

    Barangkali sarannya benar, pikiranku butuh rehat kalau tidak, bisa macet ini otak.  Paling tidak, tidur sejenak, melegakan rencana yang terus mendesak. Esok,  tumpukan masalah masih manja ingin diperhatikan. Itu akan melelahkan, sisakan energi sedikit untuk kesenangan, meratapi kehidupan dengan senyuman. 

    Pagi buta, pukul 2, ini akhir untuk insomnia. Saatnya istirahat.

  2. 0 comments:

    Post a Comment