Tapi aku sedang bahagia sekaligus rindu. Ada 2 tulisan yang
hendak kubuat pagi-pagi buta ini. tubuh sudah begitu kelelahan karena kemarin
seharian mengerjakan beberapa tulisan. Kucuri sedikit waktu istirahat untuk
menjejakkan sedikit kenangan. Sedikit ulasan, entah akan jadi tulisan atau
tidak, biar itu urusan masa depan.
3 september 2013, salah satu momen paling spesial dalam
hidup. Itulah tulisan yang ingin dibuat. Beberapa peristiwa rasanya
menghidupkan lagi mesin imajinasi untuk berani bermimpi, untuk terus bertahan
dengan mimpi ini. Aku bahagia, merasa selangkah lebih maju dari fase hidup
sebulan yang lalu, setelah di akhir bulan aku dikritik habi-habisan. terima
kasih kepada kawan, di jurang ini aku menemukan alasan untuk bangkit kembali. Terima
kasih kepada kawan, di jurang ini kau berikan aku kesabaran.
Lewat sedikit tengah malam, sementara seluruh anak kontrakan
sedang bercengkrama di beranda, sebuah lagu lama membangkitkan kerinduan kepada
rumah. “Bang Iwan, Rinduku Tebal”, judulnya. Rinduku setebal awan legam di
musim penghujan. Gelap, aku tak melihat jalan pulang. Ini soal mengingat ayah,
apakah aku sudah mencoreng nama keluarga. Bang Iwan, aku selalu mengenang
ayahku dalam perjalanan. Tentang ibuku, yang selalu menangis dalam hati saat
bercanda denganku dari kejauhan. Saat aku memandang sawah, rumah, dan
pertokoan, ingatanku seluruhnya tersangkut disana. Berceceran. Tak ada lagi yang tersisa
untuk dibawa pulang. Hanya kesan kerinduan yang acapkali mendesak tangisan. Getir,
tapi itu begitulah hidup harus ditahan.
Seluruh kebahagian dan seluruh kerinduan. Paradoksa kehidupan.
Leburan tak mampu menyimpulkan bagaimana kebenaran harus diungkapkan. Campur aduk
seperti reaksi kimia dalam percobaan. Mungkin gagal, mungkin berhasil,
setidaknya terus mencari jalan.
Barangkali sarannya benar, pikiranku butuh rehat kalau tidak,
bisa macet ini otak. Paling tidak, tidur
sejenak, melegakan rencana yang terus mendesak. Esok, tumpukan masalah masih manja ingin
diperhatikan. Itu akan melelahkan, sisakan energi sedikit untuk kesenangan,
meratapi kehidupan dengan senyuman.
Pagi buta, pukul 2, ini akhir untuk insomnia. Saatnya istirahat.
0 comments:
Post a Comment