Rss Feed
  1. Memiliki Kehilangan (Continued Pt. 3)

    Monday, September 30, 2013

    (2)
    Unexpected Gift in Unexpected Time

    Jadi kawan, beberapa waktu lalu aku diberi beberapa aksesoris. Sebenarnya aku meminta, karena aksesoris yang serupa pernah diberikan padaku, namun aku menghilangkannya. Aku tidak tahu bagaimana benda itu bisa hilang. Aku mencari kemana-mana, membongkar seisi kamar, menanyai beberapa orang teman, nihil. Engkau tahu bagaimana rasanya jauh setelah ia tidak ada,


    meski sudah tidak ada, engkau merasa masih tetap memilikinya
    Sesak rasanya. Akan lebih lega jika engkau tahu bagaimana dan mengapa ia hilang. Setidaknya perasaan bisa diredakan dengan membuat berbagai macam alasan. Tapi aku tidak punya alasan. Satu-satunya alasan adalah kecerobohan. 

    Kecerobohan. Itulah yang dikatakan kawanku yang lain, saat aku menghilangkan barang berbeda dari orang yang sama.
    Sebenarnya tidak biasa aku menghilangkan sesuatu yang diberikan padaku. Sebagian besar benda-benda di kamarku adalah pemberian dan titipan: baju, sepatu, tas, termasuk lemari milikmu. Benda-benda yang pernah kubeli sendiri hanyalah buku, perlengkapan tulis, komputer, dan kacamata. 

    Benda ini memang kecil, sehingga mudah terselip dan hilang dari penglihatan. Soal harga, tidak perlu kau tanyakan. Tapi persoalannya bukan itu, benda itu adalah unexpected gift in unexpected time

    Hadiah yang tidak terduga diwaktu yang tidak terduga
    Suprise, kejutan. Sederhananya begitu. Aku mendapatkan kata-kata ini dari film berjudul Finding Forrester. Film ini bercerita tentang pertemanan seorang penulis handal bernama Forrester dengan seorang calon penulis berbakat bernama Jamal. William Forrester merupakan penulis novel “The Avalon Landing”. Novel ini merupakan satu-satunya novel yang pernah ia terbitkan, dan menjadi karya legenda. The Avalon Landing dibicarakan dimana-mana, dikritik, dan dijadikan bahan bacaan wajib di sekolah-sekolah. Kau tahu mengapa ia hanya menerbitkan satu buku saja? Karena kehilangan. Tapi aku tidak ingin membicarakan itu disini, sebaiknya engkau menontonnya sendiri.

    Jamal adalah seorang remaja kulit hitam yang sangat suka menulis. Pertemuannya dengan Forrester pun tidak terduga. Singkatnya, setelah Jamal bertemu dengan Forrester, Jamal kemudian pindah sekolah. Ia pindah karena ada sekolah swasta terkenal yang meliriknya karena prestasinya. Ia cerdas dan jago bermain basket. Nah, disekolah barunya, ia menyukai seorang perempuan bernama Claire. Jamal bertanya bagaimana strategi untuk menarik hati perempuan idamannya itu. Forrester menjawab,”Unexpected gift in unexpected time.”

    Hadiah yang tidak terduga diwaktu yang tidak terduga. Aku pikir itu strategi yang benar-benar mumpuni. Siapa yang tidak suka dengan kejutan? Apalagi jika kejutan itu adalah sesuatu yang sangat diharapkan? Jamal pun memberikan Claire sebuah buku The Avalon Landing asli lengkap dengan tanda-tangan Forrester. Perlu diketahui, sejak penerbitan novel the Avalon Landing, Forrester menghilang dan dianggap telah meninggal. Sementara Claire sangat menyukai novel ini. Dia punya novel dari berbagai penerbitan, sudah membacanya 30 kali tapi tidak pernah bosan. Bisa dibayangkan bagaimana bahagianya Claire karena hadiah itu. cerita selanjutnya, kau pasti bisa meraba, tidak jauh berbeda dari semua drama dengan happy ending. Namun, sejujurnya aku sangat menyukai film ini. Aku telah menontonnya berkali-kali, dan tidak pernah bosan. 

    Hadiah yang tidak terduga, bukan hanya benda
    Dia bisa seorang anak manusia. Seperti betapa bahagianya pasangan yang sudah lama menikah tapi tidak mempunyai anak. tiba-tiba suatu hari mereka tahu kalau sang istri positif hamil. Saat bayi mungil itu lahir, tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya. Bila ia tidak lahir, juga tidak bisa dibayangkan bagaimana sedihnya. 

    bisa jadi juga, hadiah tidak terduga itu adalah pasanganmu.
    Aku ceritakan engkau tentang sebuah kehilangan semacam itu. Aku punya seorang kawan lain, tidak usah kusebutkan namanya. Sewaktu SMA dia pernah berpacaran. Perempuan ini, sang pacar, adalah cinta pertamanya. Menurut pengakuan kawanku itu, perempuan ini tidak bisa ia lupakan sampai sekarang. Pacarnya telah meninggal, juga ketika ia masih SMA. Aku lupa karena penyakit apa, kalau tidak salah kanker. Setelah perempuan ini meninggal. Kawanku ini tidak mau pacaran lagi. Saat dia berusaha membuka diri, dia hanya menjadikan perempuan lain sebagai pelarian. 12 perempuan sampai sekarang, katanya. Aku mencoba mendorongnya untuk melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu itu, tapi sepertinya belum bisa.
    Orang tua sang perempuan juga sampai harus pindah rumah karena rumah itu selalu mengingatkan ibunya kepada anaknya. ibunya selalu murung. Setiap kali kawanku ini datang ke rumahnya, ibunya selalu menangis sejadi-jadinya. Kata si ibu, melihat kawanku seperti melihat anak perempuannya sendiri. Akhirnya temanku tidak pernah lagi datang ke rumah orang tua si perempuan, takut semakin membuat ibunya sedih. (dalam tulisan lain, aku ingin bercerita sedikit tentang kehilangan yang dialami orang tua)

    Baru kemarin juga aku diceritakan kisah lain. kali ini seorang perempuan. Dia bercerita mengenai pacarnya yang akan menikah. Aku yakin kau kenal siapa dia. Sampai saat ini, cewek ini masih saja selalu terkenang. Aku bilang kenapa tidak direlakan saja. Dia berkomentar,”kenangan itu sayang dibuang.” 

    Aku harus berkata apa? Aku juga tidak pasti. Lantas kubilang saja,”membuangnya seperti membuang limbah ke dalam sungai. Kalau dia dibuang, kasihan sungainya, nanti kotor.” Hanya itu yang bisa ku katakan. Aku tidak bisa memaksanya untuk menghilangkan kenangan itu. setiap orang punya alasan sendiri untuk mengenang atau melupakan, bukan? Bahkan, sebenarnya kita tidak pernah benar-benar melupakan, kecuali mengalihkan. Berpura-pura tidak melihat, padahal kenangan itu tepat berada di depan mata. 

    Ah, memang benar kata Letto:
    Kehilangan hanya ada jika kau merasa pernah memilikinya
    Apalagi apa yang kau rasa pernah kau miliki itu adalah hadiah yang tidak terduga. Seseorang orang yang kau temui secara tiba-tiba, dalam pertemuan yang tidak terduga. Lalu kalian merasa sama-sama suka. Setelah berjalan lama, tiba-tiba semua harus sirna. Sayangnya bukan karena tidak lagi suka, tapi karena keadaan. Sungguh aku tidak bisa menggambarkan bagaimana kesedihan karena kehilangan itu. kita lalu merasa menjadi orang paling bodoh, paling ceroboh, paling sial, di dunia. 

    Bahkan jika hadiah terduga itu, tidak berharga namun sarat makna
    Aku dikatakan ceroboh karena telah menghilangkan sesuatu yang sangat bernilai. Tidak usah kau tanya berapa harganya. Itu hanya benda kecil yang biasa disematkan di tas kuliah. Tapi benda itu sarat makna. Aku merasa begitu hidup, bersemangat. 

    Lalu entah bagaimana aku harus kehilangannya. Mungkin diambil orang, atau terlepas saat tersenggol orang lain. Dan kau tahu, aku sangat ingin menangis. Aku harus memukul dadaku berkali-kali untuk meredakan sentakan-sentakan air mata yang hendak membuncah. Cara itu berguna ternyata. Namun, aku harus melewati 2 hari tanpa nafsu makan dan tidur yang nyenyak. 

    Bila itu seseorang, seseorang yang unik dan membuat dirimu merasa begitu hidup, lalu tiba-tiba dia harus hilang. Memukul dada barangkali sama sekali tidak akan berguna. Kau mungkin akan menghabiskan hidup berminggu tanpa nafsu makan dan tidur nyenyak. Langit rasanya selalu dipenuhi awan legam, tapi tidak pernah hujan. Kau justru merasa sangat gersang di perasaan, seperti hidup di padang pasir. Kau mungkin butuh pengalihan dan pelarian, seperti kawanku tadi. 

    Tapi aku tidak menyarankannya. Aku lebih memilih untuk menikmati rasa sakit itu. menikmati semua kecerobohanku, terlepas sengaja atau tidak. Orang bilang itu gila, terserah. Bagiku, hanya dengan menikmati rasa sakit itu, maka rasa sakit itu akan hilang. Itu seperti saat kau kepedasan lalu kau mengatupkan kedua bibir rapat-rapat. Pedas itu akan semakin terasa, tapi ia akan segera hilang. 

    tapi kawan, jelas itu secara teori. aku sudah pernah kehilangan. dan itu memang tidak mudah. pada prakteknya, semua butuh usaha yang benar-benar keras. aku pun tidak tahu, seberapa siap atau bahkan apakah aku siap untuk kehilangan lagi. kehilangan hadiah yang tidak terduga di waktu yang tidak terduga. 

  2. 0 comments:

    Post a Comment