Jemarimu pernah lincah
nyanyikan kemarahan; kesenangan
sebelum retak oleh hantaman
dalam,
rumah bersama runtuh seketika
dan melodi berhenti, kau tak bersuara
bas kupetikkan
imbangi jemari kini sendu
ceritakan seorang perempuan
putus asa, begitu kau juga
sebuah kisah berbeda belum dilupa
seorang perempuan pernah tertawa
padanya, kau begitu terlena
lalu lagumu terputus di batas senja
gitarmu teman, lagu perkabungan di D minor
seperti Padmasana menyayat rasa
mestinya kuburan itu berbunga sejak lama
selama ingatan mencoba
mencari peralihan:
perempuan dengan pesan
singkat di shalat malam
tidak cukup sepadan
diperjuangkan?
gitarmu teman, aku dengarkan
bas kupetikkan,
menyisipkan ritme ke dalam alunan
agar permainanmu terus bertahan
sebab rasamu bukan sepotong roti, bukan?
gitarmu teman, itu harapan
kemana hendak kau lemparkan
sedang perempuan yang terpenjara
tak butuh lebih banyak air mata
0 comments:
Post a Comment