-
Membaca Kembali Pedagogi Pengharapan (2)
Thursday, December 26, 2013
Pedagogi pengharapan...buku ini ditulis dengan amarah dan cinta kasih. Tanpa hal ini tidak ada pengharapan. Buku ini dimaksudkan sebagai pembelaan atas sikap toleran-jangan dikacaukan dengan sikap berkomplot- dan sikap radikal.(Paulo Freire, Pegagogi Pengharapan)
Posted by lain-lain at 4:38 PM | Labels: Pendidikan Kritis | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Saya berpengharapan bukan karena sikap keras kepala, melainkan karena keharusan eksistensial, konkret.(Paulo Freire)
Posted by lain-lain at 4:34 PM | Labels: Pendidikan Kritis | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Kita memang kadang lemah, bukan berarti tak berdaya. Kita hanya bisa berusaha.Kita memang kadang resah, bukan berarti hati tak tenang. Kita hanya bisa berdoa.(Jamica, Jangan Anggap)Paulo Freire. Rasanya, berkali-kali saya harus mengungkapkan bahwa saya begitu mencintai pria ini. Saya merasakan ikatan emosional melalui keserupaan pengalaman-pengalaman dan harapan-harapan. Saya tidak pernah bertemu dengannya. Dia pun telah meninggal dunia. Saya hanya ‘berdialog’ dengannya melalui buku-bukunya. Setiap kali saya membaca ulang, serasa saya mendengarkan lansung suara dan emosi yang keluar darinya.
Posted by lain-lain at 3:45 PM | Labels: Pendidikan Kritis, renungan | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Masih
Sunday, December 22, 2013
-mamakaku masih tapak kecilsewaktu dulu pernah lari dari delikanmudengan tulang punggung retakberjuang tegaksebelum tidur, masih kulagukan nina boboyang kau ajarkan‘tuk kenangkan dongeng lelakiyang menjelma pada separuh tubuhku,setelah itu padanya ‘kan kusuguhkanbunga yang kau tanamkan di separuh tubuhku lagigrafiti mimpimu masih tercoret di dinding pikirantak pernah rapuh, parau, dan keriput seperti tubuhmutentang anak yang tak lupa guna tangan dan kakinyapada duri tumbuh di genangan air mata tepian jalanMasih.
(seperti kata Gandhi, "kepada para paria dan kaum perempuan")aku masih tahu rindu apayang harus kuadukan di buku hariandan kuceritakan pada layar komputerkuitu seperti tumis kangkung dan sambal tempeaku masih tahu marah apayang harus kusampaikan pada kafandan katanya ingin kau jadikan selimut tidurmuitu seperti saat mereka ingin jadikan rumah untuk penjara-kuburanbila kau resahbengkel sepeda onthel di pojok barat sawah,warung sederhana di samping rumah sakit swasta,dan perempuan tua di emperan Gardena,aku selalu mencintainyaaku pun masih orang asingyang tak berarus laju kendaraan di jalur satu arahjangan lagi air mata, aku masih pasti jalan pulang:Rahimmu
Yogyakarta, 22 Desember 2013Posted by lain-lain at 3:45 AM | Labels: puisi | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Istirahat Musim
Wednesday, December 18, 2013
Lelaki timur hendak mengail ikanDengan nyaman yang masih membatuTak siap dengan perubahan cuacaTapi musim tidak pernah pastiHujan kering, hidup terus dijalaniKereta pasti datangEntah siapa yang menumpangPelupuk terbuka dan ceria masa mudaSesaat lalu matahari menyingsingTanya itu pasti bila ramalan sudah terpenuhiSebab daun segar pun sering gugur oleh satu tanyaTak soal betapa dahaga sudah tergesaRindu memang terikBiar benih kecil itu tumbuh siap berbuahRimbunnya pohon lebih tahu menata anginSetelahnya biarlah ia menolakSelama senyum masih melingkari pundak harinya
Selalu ada segelas kehangatan tersisa di setiap musim gelisahPosted by lain-lain at 10:58 PM | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Memilki Kehilangan (Pt. 4)
Saturday, December 14, 2013
Perlunya KehilanganKawan, lebih dari 2,5 bulan yang lalu aku membiarkan bagian akhir dari tulisan ini tidak rampung. Rampung? Apa ada yang rampung soal kehilangan? Aku bahkan tidak yakin apakah rasa kehilangan dan kehilangan sendiri akan pernah berakhir. Aku bahkan belum yakin tulisan ini akan selesai dimana. Barangkali disini atau dilain hari.Posted by lain-lain at 6:41 AM | Labels: renungan | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
-
Ciu
Wednesday, December 4, 2013
Sartono punya sebuah moto hidup,’Sekali ciu selamanya tetap ciu’. Tiada hari tanpa ciu. Tidak ada hidup tanpa ciu.Posted by lain-lain at 12:12 PM | Labels: Cerita Pendek | 0 comments | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |