Kutipan dari Pedagogy of The Opressed tentang Biofili dan
Nekrofili

Pedagogy of The Opressed adalah buku Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan yang membebaskan manusia agar ia dapat memenuhi fitrahnya
sebagai manusia sejati. Paulo Freire, sang pengarang, meyakini bahwa manusia
hanya benar-benar menjadi manusia bila dia melakukan perubahan secara terus
menerus, sesuatu yang terus selalu saja dinafikkan di sepanjang sejarah
kemanusiaan.
Menurut Freire, pendidikan memiliki konstribusi besar dalam
penafikkan ini. pendidikan telah menjadi alat untuk melayani kepentingan
penindasan dan eksploitasi manusia. pendidikan semacam ini disebut Freire
sebagai pendidikan gaya bank (banking concept of Education). Sebagai
lawannya Freire menawarkan Pendidikan hadap masalah (problem posing
education) yang berbasis pada dialog.
Apa itu pendidikan gaya bank? Secara sederhana, pendidikan
jenis ini merupakan pendidikan yang menganggap bahwa pendidik adalah penguasa
pengetahuan, sedangkan peserta didik adalah wadah kosong yang harus diisi.
Lalu apa hubungannya pendidikan Freire dengan cinta. Bagi
Freire, pendidikan hadap masalah tidak dapat berjalan tanpa dialog. Dialog sendiri ada
syarat khususnya, salah satunya, dialog tidak dapat berlansung tanpa cinta.
Cinta ini merupakan dasar untuk dialog, sekaligus dialog itu sendiri. Tapi cinta
ini adalah cinta jenis khusus, bukan sembarang cinta. Cinta inilah yang dalam
konsep Erich Fromm disebut dengan Biofili.
Dalam Pedagogy of The Opressed, kata biofili dan nekrofili
pertama kali ditemukan di halaman 74:
1.
“Pendidikan gaya bank berawal dari
pemahaman yang salah bahwa laki-laki dan perempuan adalah objek. Dengan
demikian, pendidikan gaya bank tidak dapat mendorong perkembangan sesuatu yang
disebut oleh Fromm dengan biofili,
sebaliknya ia bahkan menghasilkan “nekrofili”.”
Apa itu biofili dan nekrofili? Freire mengutip buku Erich
Fromm yang berjudul The Heart of Man. Dia mengutip panjang mengenai
nekrofili, tapi hanya sangat sedikit mengenai biofili (bahkan hampir tidak
terdeteksi). Barangkali karena memang filsafat pendidikannya didasarkan pada
biofili, jadi dia tidak menyinggung secara panjang lebar soal konsep tersebut.
"Sementara kehidupan dicirikan dengan pertumbuhan
dalam pola yang terstruktur dan fungsional, orang nekrofilis mencintai apapun
yang tidak tumbuh, semua yang mekanis. Orang nekrofilis didorong oleh keinginan
untuk mengubah sesuatu yang organik menjadi tidak organik, memandang kehidupan
secara mekanis, seolah-olah semua makhluk hidup adalah benda mati...yang
diperhitungkan adalah memori, bukan pengalaman, kepemilikan,
bukan keberadaan. Orang nekrofilis hanya bisa berhubungan dengan objek
(apakah itu setangkai bunga atau seseorang) jika ia memilikinya; oleh
karena itu, ancaman bagi kepemilikannya berarti ancaman terhadap dirinya
sendiri; jika ia kehilangan miliknya, ia kehilangan kontak dengan dunia....dia
mencintai kendali, dan dengan tindakan mengendalikan ini dia membunuh
kehidupan."
Lebih lanjut, Freire mengatakan bahwa nekrofili atau cinta
kematian lah yang membuat penindasan terus langgeng. Menurutnya pula,
pendidikan gaya bank juga didasarkan pada nekrofili.
2.
Penindasan (yang merupakan kendali yang
berlebihan) bersifat nekrofilis;
ia terus dilanggengkan oleh cinta kematian, bukan cinta kehidupan. Pendidikan
gaya bank, sebagai pendidikan yang melayani kepentingan penindasan, juga
bersifat nekrofilis. Pendidikan ini mengubah siswa menjadi objek yang menerima
berdasarkan pandangan yang
mekanistis, statis, naturalistis, dan terspasialisasi. Pendidikan ini
berusaha untuk mengendalikan pemikiran dan tindakan, mengarahkan laki-laki dan
perempuan untuk menyesuaikan dirinya dengan dunia, dan menghambat kekuatan
kreatif mereka.
Di bab 4, freire menyinggung sedikit lagi mengenai biofili
dan nekrofili. Kali ini ia menghubungkannya dengna hubungan orang tua dan anak,
kondisi sosial di sekitar, dan sekolah. Menurutnya nekrofili yang melanggengkan
penindasan dan begitu juga sebaliknya. Penindasan dan nekrofili menjadi
langgeng karena adanya cinta segitiga antara rumah, sekolah, dan kondisi
sosial.
3. Hubungan orangtua dan anak
di rumah biasanya mencerminkan kondisi kultural objektif struktur sosial
disekitarnya. Jika kondisi sosial yang merasuk ke dalam rumah bersifat
otoriter, kaku, dan mendominasi, maka iklim penindasan akan meningkat di rumah.
4. Seiring dengan meningkatnya
intensitas hubungan otoriter diantara orang tua dan anak ini, internalisasi kekuasaan
paternal juga meningkat pada anak di masa kecil mereka. (154)
5. Saat membahas masalah nekrofili dan biofili
(dengan kejernihan pemikirannya yang seperti biasa), Fromm menganalisa kondisi
objektif yang menghasilkan berbagai kondisi lain, apakah itu di dirumah
(hubungan orang tua dan anak dalam iklim ketidak acuhan dan penindasan atau
dalam iklim cinta dan kebebasan), atau dalam konteks sosiokultural. Jika
anak-anak dibesarkan dalam atmosfer penindasan dan tanpa cinta, anak-anak ini
memiliki potensi menjadi frustasi. Pada masa muda mereka, mereka tidak akan
mampu melakukan pemberontakan yang otentik atau mereka akan benar-benar menjadi
tidak acuh, terasing dari kenyataan karena kekuasaan-kekuasaan dan mitos-mitos
yang telah ‘membentuk’ mereka. Atau, mereka bisa saja terlibat dalam berbagai
macam tindakan-tindakan yang merusak. (155)
6. Atmosfer di rumah ini
terjadi juga di sekolah, dimana para siswa dengan segera akan menemukan bahwa
(sama seperti di rumah) untuk mencapai beberapa kepuasan mereka harus
beradaptasi dengan aturan yang telah ditentukan dari atas. Salah satu aturan
itu adalah untuk tidak berpikir.
Sebenarnya, orang-orang yang ingin memahami Freire, perlu
menghancurkan cara pandangnya yang selama ini ia anut tentang pendidikan.
Pendidikan tidak saja berhubungan dengan sekolah. Pendidikan bisa terjadi
dimana saja. Interaksi apapun yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
kesadaran bisa disebut dengan pendidikan. Jadi, pendidikan itu bisa berarti
hubungan antara pemerintah dengan rakyat, guru dengan siswa, rektor dengan
dosen, dosen dengan mahasiswa, laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak, dan
sebagainya.
Dan hubungan apapun pasti melibatkan kekuasaan. Itu artinya,
cinta itu politis. Hanya ada 2
jenis hubungan dalam hubungannya dengan kekuasaan: hubungan otoriter atau
hubungan egaliter. Hubungan otoriter berkaitan dengan nekrofili atau cinta
kematian, sedangkan hubungan egaliter berhubungan dengan biofili atau cinta
kehidupan.
Di bagian berikutnya saya akan membahas sedikit lagi
mengenai kata nekrofili dan biofili, dan mengapa cinta tidak harus memiliki.
Glosarium:
- Dialog: salah satu konsep inti Freire. Menurutnya dialog
adalah proses yang terjadi diantara manusia, dengan menggunakan kata, ditengahi
oleh dunia, untuk menamakan dunia. Dialog hanya dapat terjadi dengan beberapa
syarat diantaranya adanya cinta, kerendahhatian, kekritisan, kesetaraan, kepercayaan
kepada orang lain, dan harapan.
- Struktur sosial: hubungan-hubungan yang terjadi di
lingkungan masyarakat, misalnya ada orang kaya ada orang miskin, ada pejabat
ada rakyat jelata, dan sebagainya.
- Kekuasaan paternal à berhubungan dengan
paternalistik, yaitu menganggap bahwa hanya jiwa kebapakan (tepatnya
maskulinitas) yang layak digunakan dalam memimpin.
- Kekuasaan otoriter à berhubungan dengan
otoriterianisme, yaitu menganggap bahwa orang lain hanya mau melakukan sesuatu
apabila ia diperintah dan dikendalikan.
- Kondisi objektif: kondisi apa adanya. Kondisi ini dapat
dicari fakta-faktanya melalui panca indera, dan semua orang tidak akan berbeda
dalam melihatnya.
- Kekuasaan egaliter, lawan dari kekuasaan otoriter:
menganggap bahwa orang lain mampu melakukan sesuatu bila ia dipercaya dan
diberi kesempatan untuk berekspresi.
- Pemberontakan yang otentik (authentic rebellion):
barangkali berhubungan dengan karakter anak muda yang suka memberontak. Menurut
saya, pemberontakan otentik berhubungan dengan sikap memberontak yang kreatif
dan positif.
Referensi:
Pedagogy of The Opressed, Paulo Freire, 2000,
Continuum international Publishing.
Selanjutnya:
Keharusan memiliki adalah karakter khas Cinta
kematian
0 comments:
Post a Comment