Rss Feed
  1. Mereka tak Tidur di Kasur

    Saturday, January 26, 2013

    insomnia kembali menggila. tadinya aku sudah tidur sejak jam 9 malam, Tapi dalam lelap itu, tiba-tiba seperti ada sesuatu menghantam jantungku. sakit sekali, dan harus bertahan dengan rasa sakit itu sampai hampir 15 menit. haha, kangen-kangen-kangen.

    setelah sakit itu agak reda, aku masih terkapar selama 10 menitan. kemudian, aku bangkit waktu udah ngerasa ada cukup kekuatan. ku lihat jam, baru jam setengah 12 malam. yakin nggak bisa tidur lagi, aku keluar kamar dan duduk di teras depan kontrakan. bosan duduk disana, aku masuk ke dalam nonton tv yang sejak pagi belum dimatikan sama sekali. itupun tidak bertahan lama. kulihat lagi jam dinding, sudah jam setengah satu malam. rasa kantuk yang sudah hilang tadi, belum juga datang lagi. akhirnya aku memutuskan pergi ke warung burjo dekat kontrakan. Namanya sih warung burjo (bubur kacang ijo), tapi sama sekali nggak jual burjo. 

    disana, aku memesan nasi goreng dan segelah teh hangat. sebenarnya nggak lapar sih. cuma begadang malam itu bawaan mau makan aja. lepas setengah jam disana, aku memesan Es kopi Goodday Vanilla Latte, dibungkus. aku nggak punya rencana pulang lagi ke kontrakan. mau jalan-jalan dini hari, pikirku. jalan-jalan seperti ini sudah jadi kebiasaanku sejak semester 3 dulu. aku bisa melihat hal-hal yang tidak biasa dilihat oleh kebanyakan orang di siang hari.

    terus aku berjalan dari pertigaan jalan Rejowinangun, ke arah kebun binatang Gembira Loka. saat itu yang terpikir olehku adalah melamun sampai pagi di Mandala Krida. ketika sampai jembatan di sebelah utara gembira loka, tiba-tiba aku mendengar suara lirih dari belakang. tidak jelas apa yang terdengar. aku kaget. lalu menoleh ke belakang. aku melihat seseorang sedang duduk di atas gundukan dekat jembatan itu. kesan pertamaku, dia perempuan. rambutnya panjang, baju hitam dengan rok pendek. tapi setelah mendengar suara lirihnya untuk kedua kali, aku yakin dia bukan perempuan. mesti waria. Tidak pasti apa yang dia ucapkan, tapi sekilas sepertinya dia memanggilku. aku hanya tersenyum pada dia, dan melanjutkan perjalananku. setelah agak jauh, tiba-tiba ada gagasan lain terlintas di kepala. gimana kalau aku temani saja dia? maksudnya ditemani ngobrol. tapi buat apa? pikiranku waktu itu, cuma pingin kenal aja dengan orang-orang semacam mereka. berhubung jarak aku dengan dia sudah agak jauh, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan dia saja. 

    sampai di Perempatan SGM, di sebelah selatan, aku melihat 2 orang laki-laki sedang terlelap. di tempat ini aku sering melihat orang-orang tidur. sebelumnya, aku melihat seorang perempuan tua yang tidur disini. melihat ini aku miris sekali. sakit rasanya. sambil berjalan meninggalkan mereka, aku merasa seperti orang yang tidak berguna. mengetahui sesuatu, tapi tidak bisa mengubah apa-apa. dan pun, yang lebih parah. aku masih bisa punya kasur yang cukup empuk di kamar kontrakan, malah tidak bisa tidur. sementara mereka, tidur hanya dengan beralaskan kardus bekas. pikiran itu terus menggelayuti aku sepanjang jalan, hingga aku sampai di selatan Mandala Krida.

    di pagar selatan Mandala Krida itu ada sebuah pagar hijau yang renggang di sisi baratnya, sehingga seseorang seukuran aku bisa menyelinap ke dalam lingkungan stadion. aku masuk lewat sana. setelah berjalan mendekati stadion, aku melihat sebuah gerobak angkringan. sempat terpikir duduk disana, tapi aku urungkan. akhirnya aku menaiki tangga yang biasanya dipakai oleh Suporter PSIM untuk masuk ke dalam stadion. satu persatu anak tangga aku naiki, hingga tangga teratas. kemudian duduk disana, sambil memandang langit, mendung. aku ambil telepon genggam, lalu aku mendengar beberapa lagu dari sana, ditemani rintik-rintik hujan yang setitik-titik menitik di kepalaku. aku tidak melakukan apa-apa hanya memandangi sekitar saja. ditengah-tengah lamunan yang tidak jelas itu, tiba-tiba aku mendengar suara batuk yang keras. aku kaget untuk kedua kalinya, ada orang lain disini? aku menyelidik sebentar, tapi tidak kutemui tanda-tanda ada orang lain. setelah yakin memang tidak ada orang lain, aku lanjutkan lamunan tidak jelas itu hingga jam 4 kurang. 

    sepertinya, lamunan di bawah langit legam ini membuat kantukku mampir lagi. aku malah jadi ingin tidur. terus aku datangi gerobak angkringan itu. dan aku kaget untuk ketiga kalinya. ternyata ada orang disana. diatas gerobak angkringan itu. seorang perempuan tua tanpa selimut. sakit di dada itu semakin bertambah. dengan mengendap-ngendap aku menjauh dari sana. lalu, aku menghampiri gerobak angkringan lain yang tak jauh dari sana. aku duduk di kursi yang ada di dekat situ. merenung. 

    sepanjang aku dijogja, tidak kali ini aku melihat orang tidur di tempat-tempat semacam itu. kebanyakan yang ku temui adalah orang setengah baya. Malioboro yang siangnya dipenuhi wisatawan, bila malam emperan toko di sepanjang malioboro itu dijadikan tempat tidur. dan aku belum melakukan apa-apa. sama sekali tidak ada sampai sekarang. aku merasa semakin tidak berguna. apa yang harus dilakukan. sebagian orang mungkin akan berkata,"semua orang punya masalah, ngurusin masalah sendiri aja nggak selesai-selesai." ya, semua orang punya masalah. dan aku pun punya masalah yang dari dulu sampai sekarang tidak pernah selesai. tapi tetap saja. aku merasa tidak mungkin membiarkan hal-hal semacam itu terjadi. bukan iba. setiap kali aku melihat mereka, aku selalu teringat bapakku, ibuku, adik-adikku, nenekku, kakekku, aku teringat keluargaku. bagaimana jika mereka adalah keluarga kandungku? ah, perenungan itu pada akhirnya hanya memperdalam kesedihan, yang terus terakumulasi setiap saat. dan aku tidak bisa memutuskan apa-apa. 



  2. 0 comments:

    Post a Comment