Rss Feed
  1. Insaf

    Monday, December 31, 2012

    bila tahu dia akan tiba
    tentu akan kubuatkan pesta
    dengan tabuh rebana
    seperti "thala'al badru 'alaina"
    walau pasti tak serupa

    maaf,
    aku lancang membayang wajah
    ia jejak tinta, sulit dilupa
    serasa di rumah, lena menata kisah
    sementara empunya belum disapa


    ini rasa, pengembara muda
    tak suka memberi jeda
    sering lelah, terserang dahaga
    datang tanpa diundang
    tak boleh dihalang bila ingin pulang


    ah cinta,
    kebahagiaan yang tak sempurna
    kita mengisinya dengan tawa dan derita
    agar jadi penuh gelas kita
    dan bila kereta harus tertunda
    barangkali kita belum bisa mengeja rencana

    tak mengapa,
    waktuku telah menjadi rindu lega
    tak ada rayu dan puja
    tak memaksa menjawab pinta
    biar, jadi catatan dalam sejarah

    (30 desember 2012)

  2. MEMILIKI KEHILANGAN

    Wednesday, December 26, 2012



    Aku lagi senang dengerin lagunya letto yang berjudul “memiliki kehilangan”. Nggak tahu kenapa, seperti beberapa orang akhir-akhir ini mengarahkan aku untuk mendengarkan lagu-lagu Letto. Ternyata menarik juga. Lagu-lagu easy listening, liriknya pendek-pendek, dan yang terutama maknanya benar-benar “dalam”. Kalau sudah begini jadi teringat sama Sheila On 7, yang juga menggunakan permainan-permainan kata yang rumit, penuh kejutan. Kebetulan aku juga lagi senang dengerin lagunya So7 yang berjudul “Pasti Ku Bisa”.

    Setelah entah berapa puluh kali aku mengulang-ngulang lagu memiliki kehilangan-nya Letto ini, aku jadi teringat sama e-mail yang dulu pernah ku kirimkan ke seorang teman di bandung tahun 2008, tepatnya 17 juni 2008. Dia adalah seorang teman dunia maya, kenal di Friendster (sebelum Facebook dan Twitter tenar di indonesia, J). Waktu itu dia baru saja putus sama pacarnya yang katanya, dicintai setengah mati, hehe..dan kebetulan aku juga baru saja memutuskan hubungan dengan seseorang yang waktu itu kupikir akan kunikahi (kok malah curhat?). Tapi whateverlah...namanya juga anak muda, mikirnya nggak panjang. Masa lalu tinggal masa lalu, hidup hari ini yang mesti dinikmati.

    Sewaktu dia putus itu, setiap hari dia selalu saja sms aku. Curhat. Dari sms-smsnya akhirnya aku menyimpulkan, dia tidak rela kehilangan mantan pacarnya itu. Aneh, padahal dia yang memutuskan hubungan, kok malah dia yang nggak rela. Kemudian, aku mencoba merefleksikannya ke diriku sendiri. Aku juga merasa kehilangan. Tapi, kok nggak segitunya ya..maksudku, rasa sakit itu ada tapi aku tetap sadar, dan siap untuk kehilangan. Setelah berpikir beberapa hari..akhirnya aku berhasil membuat satu tulisan yang akhirnya aku kirimkan ke dia. Menurutku, kesimpulan yang aku dapatkan benar-benar mirip dengan lirik lagunya letto itu, sekalipun dalam bahasa yang berbeda.



  3. Pengantinku sedang merias diri. Melepaskan sanggul dan tusuk konde. Menghapus bedak, lipstik, dan celak. Mengganti kebaya dengan baju tidur untuk malam nanti. Pengantinku merias diri dalam keterpaksaan. Di depan cermin, ia redam kesedihannya, menata senyum dengan air mata dan cegukan.

    Pengantinku sudah menikah malam ini. dengan seorang yang belum pernah kukenal sama sekali. Seseorang yang mungkin sedang bercerita jorok dengan teman-temannya tentang malam pertama yang akan tiba sebentar lagi. Seseorang yang telah merampas hakku untuk berbahagia. Seseorang yang begitu dalam menelusupkan kata benci di dalam diriku. Seseorang yang tak ingin ku kenal sampai kapanpun.

    Pengantinku mengundang aku datang. ia berharap aku memperkenalkan seseorang. Mungkin agar ia bisa tersenyum, bahwa aku tidak pernah dikecewakan. 

    Aku tak ingin datang. Aku tak pernah kecewa. Pengantinku telah menitipkan jarum dinadiku. Ia telah melakukannya selama bertahun-tahun masa lalu yang tertata rapi di dalam ingatanku. aku tak kecewa, pengantinku tidak pernah pergi, meski kulit lembutnya tidak pernah bisa kujamah. Tapi ia  perempuan yang menyosok dari akumulasi kisah masa laluku bersamanya. Perempuan sempurna yang akan selalu menemani aku dalam tidurku.

    Pengantinku menunggu di tepi jendela, berharap semenit saja tawa ria kita melintas di kacanya. Semenit saja kisah lalu itu diputar di kaca jendela. Agar ia bisa menangis sebisa-bisanya. Agar ia bisa lega melupakan semuanya. 

    Sementara, aku merayakan pernikahan pengantinku. Ku hidupkan kembang api di saat langit legam tanpa bulan dan bintang. Satu-persatu kembang api terlontar ke udara. Memekikkan kegalauan diiringi koor jangkrik dan bunyi daun. Memercikkan cahaya menjadi serpihan-serpihan kecil rasa yang dulu sempat menjadi milikku. Pekik dan cahaya kembang api padam, malam berlalu, begitu pula rasaku.
    yogya, 2011


  4. BAJU LEBARAN UNTUK ANGGI

    Tuesday, December 25, 2012


    “Seratus delapan puluh lima ribu, satu setel. Kerudung, atasan sama bawahannya.”

    “tidak bisa kurang?”

    “tidak bisa. Itu sudah harga pas. kita tidak dapat untung lagi kalau di bawah itu.”

    Dia terdiam sebentar. Berpikir keras. Dapat uang darimana lagi? Anaknya dari tadi sudah merengek-rengek. Meremas-remas rok yang ia pakai. Memukul-mukul pahanya.


  5. putik-putik layu itu mengusik,
    melelahkan sungguh

    bertanam rindu, menuai gelisah
    tak ingin lagi merayu, beku
    tak perlu merekah

    hingga sepagi itu,
    setangkai bakung kuning di depan rumah
    menghias- dan pada imaji
    bingkaian hening langit senja merah

    renungan tumbuh
    disela rerumputan liar berakar mati
    pada yang menajuk jadi pesona
    di tengah lingkaran bebatuan yang merajuk
    jadi pigura

    ia mata air pelepas dahaga
    menggulirkan angin lembut- sejuk di raga

    di kelopaknya embuh luruh
    bila surya mulai tinggi
    penuhi rindu pepohonan
    pada tanah yang bernyanyi

    ia selimut bunga yang ingin bersemi
    bila dingin resapi nadi
    bakung kuning, setelah tidur nanti
    semoga ada hidup lagi