Variasi Canon milik Pachebel yang dialunkan dengan
piano mengajak batin berdansa. Lamat-lamat Ballad Pour Adeline membuka
lembaran-lembaran notasi romansa. Kemudian Consuelo’s Love Theme
menghadirkan jalan kecil di sepanjang pertokoan kota tua yang sedang digoda
oleh gerimis. Disana, dari jauh muncul seorang lelaki dengan jas hujan lusuh
dan topi ala mafia Italia berjalan menunduk ditengah-tengahnya. Lembut
sekali ia melangkah. Tiba-tiba ia berhenti. Ia dongakkan kepala ke udara,
dengan teduh memandang arakan awan yang ingin berpindah. Saat itulah, Jasmine
Flower dari saksofon Kenny G membangun ruang meditasi di tengah kebun bunga
transparan berwarna merah muda dan kuning cerah. Dalam hening, sebelum fajar
baru tiba, kunang-kunang malam bercahaya temaram menerangi segala memorabilia
yang sempat terlupakan. Memorabilia yang menjadi jelas ketika Matsuri
Kitaro berhasil membawa imajinasi seperti perempuan tradisional India yang
sedang menari sama’ sembari bernyanyi seriosa di panggung opera.
Memorabilia itu: senja dan tanda mata.
Tak pasti apakah kemudian yang terdengar adalah flamingo
atau mungkin sedikit jazzy, namun ia seperti nada purba
perempuan-perempuan Maya yang sedang melingkar di tengah unggun, menembangkan
lirik-lirik kerinduan seorang perempuan Arabia menunggu kekasihnya kembali dari
medan perang, berkolaborasi dengan perkusi perang imigran Afrika yang selalu
mampu menciptakan variasi-variasi melodi minor kelirihan di pemukiman kumuh
Amerika. Nada-nada perlawanan yang damai melawan keterasingan dan
keterpinggiran. Seketika memorabilia senja dan tanda mata bermetamorfosa
menjadi bocah yang meniup ilalang hingga menimbulkan suara siulan, yang
berkumandang seperti adzan, menyentuh empati pada tanah yang terampas, membuat
tubuh merasuk pada euforia manusia biasa, memicu gelora pada utopia.
Bersama nada, berada dalam semesta tak berbatas. Sejenak
melipat ruang: Sejenak berada di pinggiran gempita metropolitan, sejenak
kemudian berada di tengah keheningan hutan; Sejenak begitu ramai, sejenak
begitu sunyi. Sejenak pula melompati waktu: Sejenak ia kenangan, sejenak ia
masa depan; Sejenak dan sejenak, terus hingga sirna kesadaran, memasuki dimensi
baru kreasi waktu kini.
(4 januari 2013)
0 comments:
Post a Comment