Rss Feed
  1. Ingatan [pt.2]

    Tuesday, February 26, 2013



    25 Februari 2012, menapakkan kaki pertama kali di kampus setelah sebulan terakhir mendekam di kamar kos. Ada yang mengatakan aku sedang berkontemplasi, hibernasi, tapa, tirakat, atau meditasi. Semua istilah yang secara mudah aku simpulkan: sunyi sendiri. Kujuruskan tatapan ke dalam kampus. Rasanya jauh sekali, asing. Bukan hanya jauh dan asing, tapi menjauh dan mengasing. Seolah ia sedang kembali menyusuri garis waktu ke sebuah masa ketika aku merasa kuliah adalah bagian hidupku. Sebuah masa (atau masa-masa?) yang telah hilang. 

  2. Apa Adanya = Idiot ?

    Friday, February 15, 2013



    Namanya Ned, rambutnya berantakan dengan kumis dan janggut yang tidak terawat, kemana ia pun ia pergi ia selalu setia dengan penampilannya yang seperti orang hendak berekreasi, kemeja kasual berkrah dan celana pendek. Tampilan semacam itu menegaskan satu sosok yang acuh tidak acuh, ngasal, tidak teratur. Memang, Ned adalah seorang pengangguran dan tidak punya rumah. selama 3 tiga tahun ia hidup dengan pacarnya, lalu setelah ‘dicampak’kan oleh pacarnya, ia pulang ke rumah ibunya. Ned memiliki 3 orang saudara perempuan: satu orang ibu rumah tangga, satu orang jurnalis, dan satu orang lagi adalah seorang komik yang seorang biseksual (biseksual = pria ok, perempuan ok). Dengan alasan tidak ingin menyusahkan ibunya, ia berpindah-pindah tinggal dari satu rumah saudarinya ke saudarinya yang lain. Namun, karena  ‘masalah’ yang ia buat akhirnya ia harus kembali lagi ke rumah ibunya. Apa yang disebut masalah itu adalah karena Ned terlalu terbuka dan berbicara apa adanya, yang membuat semua saudarinya bermasalah. 

  3. Ingatan

    Wednesday, February 13, 2013




    Hutan yang tak terjamah lupa,
    tempat desah bersembunyi di balik dedaunan yang berguguran,
    tempat para pengembara ragu melanjutkan perjalanan.
    Cerita bersambung yang mengasah-asah bayangan,
    yang menyikut-nyikut lembut masa depan.

    Hutan yang kini telah jadi kota yang selalu terjaga,
    jarum arloji yang kembali ke titik yang sama pada hari berbeda.
    Sepertinya berubah, tapi tak ada yang berubah.

  4. Meditasi Nada

    Friday, February 8, 2013



    Variasi Canon milik Pachebel yang dialunkan dengan piano mengajak batin berdansa. Lamat-lamat Ballad Pour Adeline membuka lembaran-lembaran notasi romansa. Kemudian Consuelo’s Love Theme menghadirkan jalan kecil di sepanjang pertokoan kota tua yang sedang digoda oleh gerimis. Disana, dari jauh muncul seorang lelaki dengan jas hujan lusuh dan topi ala mafia Italia berjalan menunduk ditengah-tengahnya. Lembut sekali ia melangkah. Tiba-tiba ia berhenti. Ia dongakkan kepala ke udara, dengan teduh memandang arakan awan yang ingin berpindah. Saat itulah, Jasmine Flower dari saksofon Kenny G membangun ruang meditasi di tengah kebun bunga transparan berwarna merah muda dan kuning cerah. Dalam hening, sebelum fajar baru tiba, kunang-kunang malam bercahaya temaram menerangi segala memorabilia yang sempat terlupakan. Memorabilia yang menjadi jelas ketika Matsuri Kitaro berhasil membawa imajinasi seperti perempuan tradisional India yang sedang menari sama’ sembari bernyanyi seriosa di panggung opera. Memorabilia itu: senja dan tanda mata.