Rss Feed
  1. Masih punya keyakinan? Jagalah itu. Sebab beberapa bagian tulisan ini membuat kalian ingin membunuh saya.

    Tulisan ini jawaban pertanyaan seorang teman. Anggap saja ini part 1-nya. Dia mempersoalkan beberapa isu berkaitan dengan moralitas dan ketuhanan. Butuh waktu cukup lama memikirkan kembali komentar apa yang harus diberikan.

    Saya memutuskan menjawab pertanyaan berkaitan dengan ketuhanan dulu. Saya tampilkan skrinsyutnya:

    Barangkali ia bermaksud mengatakan, jika panduannya sudah ada terlebih dahulu, tentu semuanya menjadi lebih teratur.

    Kawan saya ini sudah membatasi pertanyaannya: kita sebagai manusia beragama abrahamik. Yang dia pertanyakan nggak tanggung-tanggung, soal penciptaan manusia. Sebenarnya saya bisa saja memberikan komentar sederhana. Tapi saya ingin mengajaknya sedikit ‘bermain-main’. Lihat saja seberapa berani dia menjelajahi pikirannya.

    Allah Bukan Satu-Satunya Pencipta

    Agama-agama abrahamik (Yahudi, Nasrani, dan Islam) meyakini Adam dan Hawa sebagai pasangan pertama. Dalam Islam diyakini, keduanya diciptakan oleh Allah. Tapi tahukah kita, bahwa di belahan dunia lain, ada keyakinan lain mengenai penciptaan.

    Saya tidak bermaksud mengatakan bukan Allah yang menciptakan kita, sebab itu di luar kemampuan berpikir saya, memastikan Allah atau bukan yang menciptakan manusia. Saya hanya menyampaikan cerita, selanjutnya terserah pembaca.

    Bagaimana kita berkeliling dunia sebentar, bertemu dengan cerita penciptaan manusia pertama. Berangkat ke utara Eropa, kita akan bertemu dengan 3 bersaudara anak Bor: Odin, Vili, dan Ve. Jadi, ceritanya ketiga anak Bor ini lagi jalan-jalan di tepi pantai, eh mereka nemu dua pohon. Entah ada ilham apa, ketiganya lalu menciptakan laki-laki dan perempuan pertama dari pohon tersebut. Odin memberi keduanya roh, Vili memberi kemampuan bergerak, dan Ve memberi pakaian dan nama. Nama laki-laki pertama itu adalah Ask, dan perempuan pertama adalah Embla.

    Alih-alih cerita bahwa manusia pertama adalah laki-laki, bagaimana jika manusia pertama itu adalah hermaprodite? Mari kita terbang ke India, tempat di mana Manu, sang Hermaprodite melahirkan manusia-manusia pertama.

    Suka nonton film Korea? Hmm, saya sampaikan satu fakta. Orang korea berasal dari Beruang. Hah!? Dulu, dulu sekali, ada beruang yang ingin jadi manusia. Dewa Hwang Un yang kala itu memerintah bumi mengabulkan permintaannya setelah si beruang melewati tes tertentu.  Beruang bertransformasi  menjadi seorang perempuan. Nah, rupanya perempuan ini kesepian dan memohon agar diberi seorang teman. Dewa Hwang Un lalu menjadikan perempuan ini sebagai istri. Dari sini lahirlah Dang Gun yang konon merupakan asal usul orang korea. Di Tibet bahkan ada yang menganggap mereka berasal dari perkawinan antara makhluk luar angkasa dengan monyet (fyuh..). Beberapa daerah di Tiongkok menganggap nenek moyang mereka bernama Pan Gu. Dan tebak siapa Pan Gu…sosok bertubuh manusia berkepala anjing. Ada pula legenda Tiongkok yang menyatakan kalau manusia berasal dari lempung kuning hasil pekerjaan dewi bernama Nu Wa, dewi tubuh bagian atas seperti manusia tapi bagian bawah menyerupai ular atau naga.

    Pergi ke Afrika, di Kenya ada cerita, kalau manusia berasal dari sepasang kaki dewa.

    Bagaimana kalau kita sekarang ke benua Amerika. Suku Navajo di selatan Amerika Serikat punya cerita lain. Di sebuah dunia yang disebut dunia keempat, tinggallah makhluk dengan kaki seperti serangga dan tangan seperti binatang buas. Tiba-tiba datang empat dewa entah dari mana dan berkata “hei, kami mau buat kalian menjadi lebih mirip seperti kami, tanpa tangan dan kaki seperti itu”. Lalu lewat proses tertentu muncullah laki-laki dan perempuan pertama.

    Cerita itu membuat kita agak hina. Bayangkan saja anak-anak dari perempuan kulit hitam yang dihamili oleh laki-laki kulit putih di masa perbudakan Amerika. Sekalipun keturunan kulit putih, mereka tetaplah bukan kulit putih, terhina. Kita barangkali keturunan Dewa, tapi tetaplah setengahnya adalah binatang buas/serangga.

    Bagaimana kalau sekarang kita ke suku Aborigin. Kita adalah keturunan berasal dari Dewi bernama ‘Ibu Matahari’. Ibu Matahari melahirkan dua anak ‘Bintang Pagi’ (laki-laki) dan ‘Bulan’ (perempuan). Dari sinilah kita muncul. Hmm, ini lebih baik, kita benar-benar keturunan dewa tanpa harus bercampur dengan binatang buas.

    Masih mau jalan-jalan lagi?

    Sepertinya kita akhiri saja untuk sementara. Kita kembali ke Indonesia dan membahas teori lain tentang penciptaan manusia.

    Ancient Aliens: Bagaimana jika pengikut Darwin atau Agama Abrahamik salah?

    Sejauh ini banyak orang mengenal dua teori penciptaan. Satu menganggap manusia berkembang secara bertahap dari homo erectus menjadi homo sapiens, yang lain menganggap manusia diciptakan Tuhan. Yang pertama disebut dengan teori evolusi dan yang kedua disebut teori kreasi. Pengikut teori evolusi yang salah satu tokoh pentingnya Darwin, disebut sebagai evolusionis. Pengikut teori kreasi yang di antaranya adalah agama Abrahamik, disebut sebagai kreasionis.

    Dalam teori evolusi ada yang disebut dengan lompatan evolusi, dari kera menjadi manusia. Ada yang hilang dalam proses tersebut. Mestinya ada transisi, tapi transisi ini tidak dapat dijelaskan. Nah, ada teori yang bisa menjelaskan ‘missing link’ ini, bahwa manusia berasal dari campur tangan alien.
    Bagaimana jika, kera sebenarnya tidak pernah berevolusi menjadi manusia dan manusia tidak pernah diciptakan. Bagaimana jika manusia adalah hasil percobaan genetika makhluk luar angkasa. Misalnya, bagaimana jika dahulu pernah ada makhluk luar angkasa turun ke bumi dan membuat percobaan: mencampurkan DNA mereka dengan kera? Lalu muncullah manusia. Manusia pertama inilah yang kita sebut dengan Adam dan Hawa. Atau barangkali manusia pertama ini hanyalah Manu yang hermaprodite.

    Lalu karena alasan tertentu mereka kembali ke asal. Lalu terciptalah mitos, dewa dan tuhan. Bukankah kita selalu menganggap Tuhan, dewa, atau apapun namanya itu berada di atas sana, di langit?

    Beberapa cerita penciptaan manusia dari berbagai belahan dunia menunjukkan kemungkinan tersebut. Kita hasil pencampuran dewa (makhluk luar angkasa) dengan binatang (makhluk bumi).  Cerita dari suku Navajo atau Aborigin bisa lebih dekat dengan teori ini.  

    Tapi alien ini tetap mengawasi manusia. Belajar dari kesalahan manusia pertama, alien secara periodik mengintervensi manusia, mengirim ‘kitab suci’ pada manusia. Ini juga bisa menjelaskan alasan mengapa manusia dulu yang diciptakan dan bukan panduannya dulu.

    Konon menurut teori ini, panduan itu diberikan sebagai bagian dari: percobaan dan memastikan alien tetap tidak teridentifikasi.

    Ini salah satu teori baru tentang penciptaan manusia. Saya tidak akan singgung lebih jauh. Sila melihat film dokumenter berjudul Ancient Aliens. Film ini terdiri dari 4 season, masing-masing season terdiri dari paling sedikit 10 episode. Gila! Niat banget yang buat film itu. Butuh waktu berhari-hari tanpa istirahat untuk menyelesaikan seluruh season. Kalau bosan menonton lama dan ingin sedikit lebih fiksi cobalah tonton film ‘Jupiter Ascending’.

    Ini bukan kesimpulan

    Setelah pembicaraan cukup panjang, akhirnya saya tidak akan menyimpulkan apa-apa. Saya tetap akan punya komentar mengenai pertanyaannya.

    Mengapa bukan panduannya dulu yang dibuat?

    Jawabannya: Saya tidak tahu. Karena saya tidak hadir sewaktu penciptaan manusia dan saya bukan tuhan tempat bertanya.

    Apakah memang tuhan yang menciptakan manusia? Jawabannya sama. Saya tidak tahu karena saya tidak hadir sewaktu penciptaan manusia dan tidak ada satu dokumentasi pun yang benar-benar berasal dari waktu manusia diciptakan. Misalnya: video atau foto tentang penciptaan manusia.  

    Bayangkan kita sedang berada di sebuah pengadilan yang sedang membahas apa Tuhan bertanggung jawab atau tidak atas keberadaan manusia. Hakim akan memutuskan, kasus ditutup karena alasan yang jelas: Kurangnya Bukti.

    Coba lihat seberapa banyak variasi teori asal-usul manusia di berbagai budaya. Variasi-variasi itu menunjukkan usaha manusia memahami asal-usulnya.  Dalam agama yang sampai saat ini masih saya yakini, satu-satunya rujukan asal usul manusia adalah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah fakta. Untuk memahami al-Qur’an, umat Islam harus mengandalkan tafsir. Dan saya bukan orang yang tepat untuk menafsirkannya.

    Kita kerap menganggap, entah melalui sikap atau ucapan, kita paham apa yang tuhan pikirkan. “Kamu, bangkrut, itu ujian Tuhan.”, “Tuhan tidak ingin kamu begitu.”, “Aku dapat lotere hari ini, ini pasti jawaban dari tuhan atas doaku selama ini.”, “biar aja dia mampus, itu hukuman dari tuhan.” What the...? Emang elu juru bicara Tuhan?  

    Tujuan saya mengajak bermain-main adalah karena teman saya ini ingin melampaui ajaran agamanya sendiri. Saya ingin mengajaknya sejenak keluar dari dari sudut pandang yang ada di agamanya, dan melihat hal lain. Saya ingin tahu, apakah setelah berkelana sepintas, dia masih ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa? Atau justru memutuskan untuk menjelajah lebih jauh? Itu pilihannya.
    Kawan saya ini hanya satu versi manusia yang berusaha memahami jalan pikiran tuhan. Versi lain dari mereka justru menganggap mereka tahu apa yang tuhan pikirkan. Tunggu dulu. satu-satunya cara memahami pikiran tuhan adalah dengan menjadi tuhan.  Want to be a God? Anda tidak akan bisa, tidak akan pernah bisa, selama anda masih percaya tuhan.

    Saya beri sebuah ilustrasi. Sewaktu kita kecil, pernahkah kita paham masalah yang dihadapi oleh orang tua kita. Tidak. Sampai kita benar-benar jadi orang tua. Saya barangkali tidak akan pernah paham sikap ayah dan ibu yang sering menyebalkan, kecuali saya menjadi orang tua. Atau misalnya, Saya kasih teman saya ini sebuah buku milih mahasiswa matematika atau fisika dan suruh dia jelaskan. Bisa? Saya tidak yakin bisa.

    Sedang sesama kita saja, kita masih tidak bisa paham. Apalagi apa yang tuhan pikirkan. Tuhan barangkali tidak perlu alasan, tidak perlu pengetahuan, atau bahkan tidak pernah bisa kita bahasakan. Itu di luar kemampuan saya.

    Jadi, saran saya, jika masih punya keyakinan terhadap agama, nggak usah neko-neko. Patuhi ajarannya, itu cukup. Nggak usah mempertanyakan kenapa ajaran harus begini atau begitu, bahkan sampai bilang harusnya tuhan buat ajaran yang berbeda. Patuhi saja, tidak ada jalan memperbaharui sumber ajaran, kecuali memperbaharui cara pandang/penafsiran terhadap sumber ajaran. Atau kecuali memang ajarannya menyebutkan “Anda bebas memodifikasi ajaran agama ini bila anda punya kapasitas”. 

    berani berpetualang? coba baca ini:
    1. List of Creation Myths
    2. Creation Myths From Many Cultures

  2. 0 comments:

    Post a Comment