Bila orang baru pertama kali datang, barangkali ada satu hal
yang bisa diungkap mengenai anak-anak di sini. Anak-anak tidak beretika,
tidak punya sopan santun kepada orang tua, itulah kesan pertama jika bertemu
mereka. Kata-kata kasar bernada meremehkan biasa didengar saat masa-masa awal
kami disana. Jujur, kami sempat tertekan dengan kondisi semacam ini.
Tapi, siapa sangka, perilaku mereka berubah seiring dengan
waktu. Hari ini, tepat sebulan kami berada disana, saya yakin mereka cuma
anak-anak polos seperti anak-anak lainnya di manapun di belahan dunia. Sikap-sikap
positif kami dibalas juga dengan sikap yang positif dari mereka. kata-kata
kasar dan meremehkan seperti yang kami dapatkan di awal, kini sudah berkurang
drastis. Mereka bahkan ternyata adalah anak-anak dengan energi dan semangat belajar yang luar biasa.
Saya pikir, perilaku awal mereka terjadi karena kondisi
lingkungan mereka. Relasi orang tua, anak, dan lingkungan mereka masih terlalu
rumit untuk saya jelaskan. Rumit karena saya mendapatkan hal-hal baru yang tidak
pernah saya temukan sebelumnya. Saya punya penilaian-penilaian sementara, namun
untuk sementara ini harus penilaian tersebut ditunda terlebih dahulu. Saya tidak
ingin gegabah menilai keadaan. Yang penting, melalui pengalaman itu saya
semakin yakin bahwa keyakinan saya dahulu pantas untuk dipertahankan.
Anak kecil tidak pernah bersalah, itu keyakinan saya dulu. Dan
sekarang keyakinan itu semakin kuat. Jika anak-anak salah dalam perspektif
orang dewasa, apakah mereka harus dihukum? Saya tidak berpikir hal semacam itu
layak untuk dilakukan.
Saya adalah ‘korban’ dari hukuman orang dewasa itu. Saya dihukum
oleh orang tua, oleh guru, dan orang-orang dewasa di sekitar saya dulu. Hukuman
fisik berupa kekerasan menjadi hal biasa bagi saya dahulu. Saya masih punya
beberapa ‘kenang-kenangan’ di bagian tubuh yang saya dapatkan dari hukuman itu.
Kadang-kadang saya memang bersalah, sehingga harus dihukum. Saya
tahu saya bersalah jauh setelah umur saya bertambah. Kadang-kadang pula saya
merasa hukuman yang diberikanlah salah, bahkan ketika saya sudah memikirkan
berkali-kali, apa sebenarnya yang menjadi kesalahan saya.
Terlepas dari saya salah atau tidak salah, yang jelas saya
merasa tidak layak mendapatkan hukuman. Yang saya maksudkan dengan hukuman
adalah tindakan-tindakan menekan mental anak-anak melalui cara fisik atau
psikis untuk menimbulkan efek jera pada mereka. Saya tidak sepakat karena akan
ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama, mereka akan menganggap hal itu hal
biasa. Jika hal itu adalah hal biasa, besar kemungkinan mereka akan melakukan hal yang serupa kepada orang lain, termasuk anak-anak mereka nantinya. kedua, mereka akan merasa takut dan trauma. Dalam kasus saya, yang
kedualah yang terjadi. Saya merasa takut dan trauma, sehingga saya tidak ingin
hal semacam itu terjadi lagi pada anak manapun. Dalam kasus-kasus lain, trauma itu bahkan meninggalkan rasa tidak percaya diri yang mendalam pada anak bahkan ketika ia telah dewasa.
Tentu ‘saya’ yang berkeyakinan seperti itu adalah saya yang
sekarang. ‘saya’ yang dahulu tidak pernah tahu apakah yang kami lakukan itu
memang benar-benar salah atau tidak.
Anak-anak, sekalipun mereka melakukan kesalahan dalam sudut
pandang orang dewasa, tidak pantas untuk dihukum. Alasan saya, pertama mereka
tidak tahu kalau mereka salah. Mereka hanya
melihat perilaku tertentu di lingkungan mereka lalu meniru apa adanya. Bagi mereka,
jika itu biasa dilakukan berarti itu boleh dilakukan. Alasan kedua saya, mereka
belum mampu bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kalaupun mereka tahu bahwa
mereka salah, mereka belum mampu secara logis menentukan bahwa hal tersebut
tidak boleh dilakukan dan mereka pun tidak tahu mengapa hal tersebut tidak bisa
dilakukan. Jika mereka tidak punya alasan untuk menemukan bahwa mereka
bersalah, maka kita pun tidak punya alasan untuk membuat mereka dihukum.
Terlepas dari apapun dan siapapun orang tua mereka,
anak-anak tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Orang tua
pun tidak pantas untuk memberikan perlakuan tidak adil. Siapapun sebenarnya
tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan yang tidak adil, apalagi anak-anak.
Jika mereka ‘bersalah’ dalam perspektif kita, menurut saya,
kita tidak perlu memberi hukuman yang membuat mental mereka tertekan. Membuat orang
takut adalah cara yang sangat efektif untuk mengendalikan orang lain. namun,
ketakukan hanya membuat seseorang merasa rikuh dan tidak percaya diri, sehingga
pada akhirnya mereka tidak bisa keluar dari kubangan permasalahan hidup mereka
sendiri.
Yang perlu dilakukan adalah encouragement dan role
model. Kita perlu mendorong anak-anak untuk selalu bersikap positif,
berusaha memberikan pemahaman-pemahaman yang masuk akal mengenai perilaku
mereka. Bila mereka berbuat salah dan tidak sopan, tidak perlu digubris dan
dihukum. Sebaliknya, kita perlu menunjukkan dengan rasa sabar dan kasih sayang
bahwa ada cara-cara berperilaku yang lebih baik yang bisa membuat ‘dunia’
menjadi lebih damai. Mereka harus hidup menjadi lebih percaya diri dan berani
mengambil resiko untuk lebih kreatif, sehingga kehidupan mereka bisa lebih baik
untuk ke depan. Setidaknya, itulah yang saya yakini dan akan saya usahakan
seumur hidup saya.
0 comments:
Post a Comment