Rss Feed
  1. Anak Tidak Pernah Bersalah

    Monday, May 5, 2014


    Bila orang baru pertama kali datang, barangkali ada satu hal yang bisa diungkap mengenai anak-anak di sini. Anak-anak tidak beretika, tidak punya sopan santun kepada orang tua, itulah kesan pertama jika bertemu mereka. Kata-kata kasar bernada meremehkan biasa didengar saat masa-masa awal kami disana. Jujur, kami sempat tertekan dengan kondisi semacam ini.


    Tapi, siapa sangka, perilaku mereka berubah seiring dengan waktu. Hari ini, tepat sebulan kami berada disana, saya yakin mereka cuma anak-anak polos seperti anak-anak lainnya di manapun di belahan dunia. Sikap-sikap positif kami dibalas juga dengan sikap yang positif dari mereka. kata-kata kasar dan meremehkan seperti yang kami dapatkan di awal, kini sudah berkurang drastis. Mereka bahkan ternyata adalah anak-anak dengan energi dan semangat belajar yang luar biasa.

    Saya pikir, perilaku awal mereka terjadi karena kondisi lingkungan mereka. Relasi orang tua, anak, dan lingkungan mereka masih terlalu rumit untuk saya jelaskan. Rumit karena saya mendapatkan hal-hal baru yang tidak pernah saya temukan sebelumnya. Saya punya penilaian-penilaian sementara, namun untuk sementara ini harus penilaian tersebut ditunda terlebih dahulu. Saya tidak ingin gegabah menilai keadaan. Yang penting, melalui pengalaman itu saya semakin yakin bahwa keyakinan saya dahulu pantas untuk dipertahankan.

    Anak kecil tidak pernah bersalah, itu keyakinan saya dulu. Dan sekarang keyakinan itu semakin kuat. Jika anak-anak salah dalam perspektif orang dewasa, apakah mereka harus dihukum? Saya tidak berpikir hal semacam itu layak untuk dilakukan.

    Saya adalah ‘korban’ dari hukuman orang dewasa itu. Saya dihukum oleh orang tua, oleh guru, dan orang-orang dewasa di sekitar saya dulu. Hukuman fisik berupa kekerasan menjadi hal biasa bagi saya dahulu. Saya masih punya beberapa ‘kenang-kenangan’ di bagian tubuh yang saya dapatkan dari hukuman itu.

    Kadang-kadang saya memang bersalah, sehingga harus dihukum. Saya tahu saya bersalah jauh setelah umur saya bertambah. Kadang-kadang pula saya merasa hukuman yang diberikanlah salah, bahkan ketika saya sudah memikirkan berkali-kali, apa sebenarnya yang menjadi kesalahan saya.

    Terlepas dari saya salah atau tidak salah, yang jelas saya merasa tidak layak mendapatkan hukuman. Yang saya maksudkan dengan hukuman adalah tindakan-tindakan menekan mental anak-anak melalui cara fisik atau psikis untuk menimbulkan efek jera pada mereka. Saya tidak sepakat karena akan ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama, mereka akan menganggap hal itu hal biasa. Jika hal itu adalah hal biasa, besar kemungkinan mereka akan melakukan hal yang serupa kepada orang lain, termasuk anak-anak mereka nantinya. kedua, mereka akan merasa takut dan trauma. Dalam kasus saya, yang kedualah yang terjadi. Saya merasa takut dan trauma, sehingga saya tidak ingin hal semacam itu terjadi lagi pada anak manapun. Dalam kasus-kasus lain, trauma itu bahkan meninggalkan rasa tidak percaya diri yang mendalam pada anak bahkan ketika ia telah dewasa.

    Tentu ‘saya’ yang berkeyakinan seperti itu adalah saya yang sekarang. ‘saya’ yang dahulu tidak pernah tahu apakah yang kami lakukan itu memang benar-benar salah atau tidak.

    Anak-anak, sekalipun mereka melakukan kesalahan dalam sudut pandang orang dewasa, tidak pantas untuk dihukum. Alasan saya, pertama mereka tidak tahu kalau  mereka salah. Mereka hanya melihat perilaku tertentu di lingkungan mereka lalu meniru apa adanya. Bagi mereka, jika itu biasa dilakukan berarti itu boleh dilakukan. Alasan kedua saya, mereka belum mampu bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kalaupun mereka tahu bahwa mereka salah, mereka belum mampu secara logis menentukan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan dan mereka pun tidak tahu mengapa hal tersebut tidak bisa dilakukan. Jika mereka tidak punya alasan untuk menemukan bahwa mereka bersalah, maka kita pun tidak punya alasan untuk membuat mereka dihukum.

    Terlepas dari apapun dan siapapun orang tua mereka, anak-anak tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Orang tua pun tidak pantas untuk memberikan perlakuan tidak adil. Siapapun sebenarnya tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan yang tidak adil, apalagi anak-anak.

    Jika mereka ‘bersalah’ dalam perspektif kita, menurut saya, kita tidak perlu memberi hukuman yang membuat mental mereka tertekan. Membuat orang takut adalah cara yang sangat efektif untuk mengendalikan orang lain. namun, ketakukan hanya membuat seseorang merasa rikuh dan tidak percaya diri, sehingga pada akhirnya mereka tidak bisa keluar dari kubangan permasalahan hidup mereka sendiri.

    Yang perlu dilakukan adalah encouragement dan role model. Kita perlu mendorong anak-anak untuk selalu bersikap positif, berusaha memberikan pemahaman-pemahaman yang masuk akal mengenai perilaku mereka. Bila mereka berbuat salah dan tidak sopan, tidak perlu digubris dan dihukum. Sebaliknya, kita perlu menunjukkan dengan rasa sabar dan kasih sayang bahwa ada cara-cara berperilaku yang lebih baik yang bisa membuat ‘dunia’ menjadi lebih damai. Mereka harus hidup menjadi lebih percaya diri dan berani mengambil resiko untuk lebih kreatif, sehingga kehidupan mereka bisa lebih baik untuk ke depan. Setidaknya, itulah yang saya yakini dan akan saya usahakan seumur hidup saya.

  2. 0 comments:

    Post a Comment