Belajar Menulis Kata

Bertamulah sekali waktu, anggap rumah sendiri. Maaf terasnya tidak terawat, kita melihat-lihat ke dalam saja.

Oh ya, maaf juga soal perkenalan waktu itu. Aku tinggal sendirian, selalu sendirian. Di dalam agak sedikit redup, tidak banyak orang pernah datang. Mungkin rumahku terlalu gersang, menakutkan, tidak cerah. Jadi tidak banyak yang bisa dibicarakan dan tidak bisa melihatmu dengan seksama.

Hati-hati kepala, ada sarang laba-laba baru menetas kemarin. Sering juga terlihat beberapa ekor tikus, kecoa, sebut saja semua nama hama rumah itu, semua ada. Tidak, aku tidak tega membunuhnya. Itu seperti melihat hidupku sendiri dipukul oleh sebuah sapu, diracuni oleh lem pembasmi.

Di ruang tamu hanya ada seperangkat komputer dan televisi tua untuk hiburan. Di dinding ada sejumlah foto bersama sahabat dan musuh dan sejumlah daftar rencana yang sering kuingkari sendiri. ada juga beberapa tropi kemenangan hidup dan surat-surat penolakan; beberapa karya tangan dari hobiku.

Retakan dinding dan kaca jendela pecah? Oh, itu hadiah tetangga yang tidak suka. Orang jauh juga suka datang meletakkan benda mengerikan di depan rumah. Tidak apa, sudah biasa. Di kamarku masih banyak yang seperti itu.

Maaf tidak ada makanan. Dapurku tidak ada isinya, karena aku tidak pernah bekerja. Kalau ingin tahu masa laluku, pergilah ke gudang. Disana banyak rongsokan. Kalau ingin sedikit tantangan, mari ke ruang belajar. Disana ada banyak buku yang menggambarkan isi pikiran dan pandangan hidupku.

Semua boleh kau datangi. Aku sedang berusaha hidup tanpa rahasia, walau tak begitu juga. Hanya satu yang tidak boleh kau masuki, kamarku. Itu tempat aku menyimpan cinta, cita, dan gilaku dan segala yang takkan pernah mampu kungkapkan dengan kata saja. Itu tempat aku berbicara empat mata bersama orang yang percaya dan kupercaya. Sebab itu tempat yang mampu mengubah sahabat menjadi musuh bila dia tidak. Selalu ku kunci, karena insomnia panjang akibat terlalu lelah, aku tak punya waktu membukanya.

Yang lain silahkan kau komentari, dibawa pulang juga oke. Tidak apa, bertamulah sesuka hatimu. Setelah itu terserah kau putuskan apa: pulang atau menjadi tuan rumah.