seakan
ia akan mengetuk pintu kamarmu,
jantungmu
berdebar
seakan
ia meneliti gerak-gerikmu,
engkau
gelisah
dia
datang sesuka-suka
meremas
jantung
menguras
kantung air mata
engkau
terjaga
mimpi
indah jadi bencana
malam
memanjang
angin
menggoda
membisikimu
suaranya
menyusup,
menggelitik imajinasi
tuts
piano berbunyi dikepala
mengajakmu
berdansa
kamar
gelap, dinding menjadi kanvas
siluetnya
menjejak-jejak
membayang-bayang
di sepanjang garis fajar
hingga
ke barat cakrawala
seperti
grafiti yang silih berganti
menutupi
dinding kota
setelah
itu pertemuanmu dengan bulan
membangkitkan
percakapan rahasia
tentang
kesadaran yang telah hilang
sejak
awal pertemuan
menunggu,
menjadikan kamarmu belantara
engkau
sunyi dalam keramaian
harapan
mencekam waktu
seandainya
bisa, kau lipat ruang dan kau pandang
ia
seperti film kesukaan
kau
rekam setiap incinya dalam tulisan
sekedar
mengingatkan betapa ia adalah sejarah
yang
mungkin nanti akan kau ceritakan
ketika
langkah telah lelah menelusuri desah
0 comments:
Post a Comment