Rss Feed
  1. "yo BBM naik, harga-harga pada naik, mas," kata ibu itu menanggapi pertanyaanku,"payah". dia diam sejenak, "Tapi harga kulakan saya belum naik." aku meng-O saja, lalu tersenyum, seperti biasa. aku lalu duduk disamping kanannya. ku perhatikan barang jualannya, tidak seperti biasa. ada beberapa jenis bunga yang biasa disebarkan di kuburan. biasanya ibu itu hanya menjual tembakau saja. sudah 35 tahun katanya. aku bertanya kepadanya apa nama-nama bunga itu. dia menjawab sambil menunjuk satu persatu jenis bunga. ada mawar merah, mawar putih, melatih, telatih, dan kanthil. 2 nama bunga yang terakhir ini barangkali tidak dapat kurapalkan dengan benar. aku bahkan meminta dia berkali-kali untuk mengulangi nama-nama bunga itu.

    dia lalu bangkit mengemasi tembakaunya. memang biasanya dia tutup sekitar jam 12-an siang. "mau tutup ya bu?"

    "belum, cuma ngemasi tembakaunya dulu, sudah mau hujan soalnya." katanya sambil menunjuk ke langit yang   diselimuti awan mendung. aku biarkan saja dia dengan kegiatannya itu. tidak berapa lama, ia selesai. lalu duduk lagi di sampingku.

    "harga-harga udah pada naik, yang paling kerasa itu berambang (bawang merah),..." aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa saja yang ia sebutkan, karena terganggu dengan suara kendaraan yang sangat ramai.

    "kalau beras?" tanyaku. "beras juga naik, tapi cuma sedikit." aku mengangguk dengan wajah lugu. lalu kami terdiam sejenak. perhatianku teralihkan dengan 2 bocah SMP "kurang ajar", yang mendelik kepada seorang pengendara sepeda tua karena menganggap pak tua itu menghalangi jalannya. setelah itu ibu itu berkata,"mas, kalau BBM naik, Juragan besar tambah kaya. kalau kita pedagang kecil..." dia berhenti lalu tersenyum kecut,"tambah payah.." katanya dengan suara lirih. aku hanya bisa tersenyum. tidak bisa berkata apa-apa.

    "juragan besar makin untung, kita buntung." katanya melanjutkan. entah mengapa, aku tidak ingin melanjutkan perbincangan itu. aku berusaha mengalihkan topik. kusentuh keranjang-keranjang kecil berisi bunga yang ada di samping kiri ku, "bunganya ini tahan berapa lama bu?"

    "paling besok udah layu mas,"

    "satu keranjang ini harganya berapa, bu?"

    "15.000 mas, 25.000 ribu 2. tapi ya tergantung mas, asal terjual aja." jawabnya. "sekarang udah nggak kayak dulu-dulu lagi. dulu kalau sudah mau dekat ramadhan seperti ini biasanya sudah ramai orang yang membeli bunga. sekarang..." dia menghela napas,"orang sudah mulai melupakan tradisi. ya, jadinya banyak yang nggak laku mas. kemarin aja banyak bunga yang terbuang, rugi 100 ribu. kalau kita orang kecil rasanya gimana gitu. sakit hati. tapi mau gimana lagi mas. namanya juga orang dagang. yah, asal sekedar bisa hidup saja mas."

    aku tetap tidak bisa menanggapi apa-apa. entah karena apa. barangkali karena ngantuk atau terlalu khawatir dengan kelanjutan percakapan ini. untungnya dia teralihkan dengan seorang pembeli. setelah pembeli itu pergi. dia dengan hati-hati mencopoti kelopak bunga yang sudah layu lalu memasukkannya ke dalam keranjang. aku perhatikan saja dia. kemudian, terasa bulir hujan sudah mulai jatuh ke tanah. takut kehujanan dalam perjalanan pulang, aku lalu pamit pergi dari sana. meninggalkan dia yang masih sibuk dengan bunga-bunganya. :)

    Pasar Sentul, 22  Juni 2013
    ps:
    1. komentar tentang BBM itu adalah komentar ke 2 dari pedagang hari ini.
    2. ibu itu berbicara dengan bahasa indonesia campur jawa. tapi disini aku terjemahkan semua.

  2. 0 comments:

    Post a Comment