(1)
Matamu mengingatkanku pada sesuatu yang purba. Seperti fosil bawah tanah
atau mungkin mumi piramida, mengundang pencarian pada manuskrip-manuskrip tua
yang akan kutemukan entah dimana.
(2)
Tiang malam digelayuti harapan dari mimpi kanak-kanak terlelap, aku
terjaga, kehilangan kacamata. Seorang sahabat menemani hingga dini hari,
katanya, matamu itu keriangan yang tak lagi sendiri. Aku harus sedia menelan
sunyi.
(3)
Bulan bersemu cemburu saat jangkrik bernyanyi untukku. Terpikir
menghapus malam dari daftar waktu atau mengawetkannya di jurnal harianku.
Kutitipkan kantuk pada kelelawar biar ia dapat rehat barang semalam. Lalu
matamu kembali, memutus batas negara. Kuterbangkan layang-layangku ke angkasa,
memandanginya, sembari menghitung jarak antara kebodohanku dan kecantikanmu.
(4)
Kamarku menjadi ruang dansa gelisah dengan alunan piano nada barok di
kepala. Kusematkan pada tidurmu sedikit tanya dan rencana. Semoga matamu
menjawab apa yang ia suka, meski akhirnya pagi tidak pernah ada.
0 comments:
Post a Comment